Selasa, 24 Juni 2014

Kisah Singkat Gadis "Itu"

-------
Disana, di kursi yang umurnya masih terbilang muda itu aku bertemu dengan seorang penjaga batas hati yang membuatku harus berhenti dan menikmati senyumannya sejenak. Meski siang itu mentari terasa marah dan menyengat siapa saja yang ada dibawahnya, aku tetap tak peduli. tetap kulihat dan ku jabarkan lisannya kata demi kata. Dibuatnya lunglai ragaku, dan lelah jantungku karena rasanya seperti berlari mengitari lapangan sepak bola Gelora Bung Karno. Haha, ini terasa lucu namun sangat manis. Aku seperti dibawanya melayang bersama mengukir gerimis saat itu juga. Siapakah gerangan wahai penggugah letihku?
-------
Tak pernah ku duga sebelumnya, dengan waktu sesingkat ini dia mampu membaca mataku, dibalasnya perasaanku kini yang entah harus bagaimana lagi aku menjabarkannya. Akhirnya ia memulai dengan lembut dan pelan, aku menyambutnya dengan penuh kagum dan suka cita. Meski kala itu ku rasa diantara kami belum melengkapi rasa saling kenal, namun... ku rasa aku telah mengenalnya jauh sebelum hari-hari ia mendekatiku. Senyumnya, bidikan matanya, teduh pandangnya, bagiku ia pria tertampan yang ada disekolah. Ya, tampan dari segi manapun, melihatnya saja sudah membuat aku merasa  menjadi wanita terbaik didunia karena aku bisa mengenalnya.
-------
Hari-hari berlalu secepat angin, semuanya singkat. Pertemuan itu, pendekatan itu, perhatian yang membuat handphone kecilku tak henti berdering. Dimalam yang penuh kelip bintang, kudengar ucap manis yang ia bilang tulus dari dalam hatinya. Aku tidak menyangka akan secepat ini, tapi inilah yang ku nanti, sudah sejak pertemuan siang itu, semua yang tengah membidikku bahkan posisinya hampir sama dengannya kini gugur ia kalahkan. Ia perebut hatiku adalah petarung yang hebat ! Mengalahkan tidak dengan amarah fisik dan emosi, melainkan dengan kata lembut yang menunjukkan alur hatiku harus padanya. Kini dua insan Tuhan menyatu dalam satu kisah remaja yang tengah digilai asmara.
-------
Bulan pertama, Pebruari.
Ku akui dia cerdik dalam mengalihkan perhatianku, setiap harinya hanya senyum,tawa,dan bahagia yang ia kenalkan. Tanpa terasa tiga puluh hari sudah ia menemaniku berjalan di tepian rintangan dunia. Dan tepat di pagi itu, mawar merah mampu mewarnai pagi kelabu ku. Sungguh, cacing diperutku yang tengah mengadakan konser dadakan karena tak ku beri asupan pagi ini tak terdengar lagi riuhnya. Darahku mengalir dengan tenangnya, pikiranku yang lelah kembali tersenyum hanya jantungku saja yang seperti tengah mengadakan perang saudara, seperti dentum-dentuman meriam disana sini. Ini adalah perasaan wanita yang disanjung oleh idamannya, senang, gembira bahkan sempat berulang kali melakukan tingkah-tingkah yang salah. Oh Tuhan, aku mencintaimu !
-------
Bulan kedua, Maret
Tanpa terasa semua bagai kedipan mata, berdiri aku pada bulan kedua hubungan manis ini, aku merasa ia semakin hati-hati dalam menjagaku, tak mau seorangpun melukai bahkan menyakiti hariku. Ia penjaga yang baik :)
-------
Bulan ketiga, April
Aku sangat merasa tersanjung bila ada seseorang yang menjagaku tanpa mengharap balas dan penjagaan dariku juga. Kini aku masih bersamanya, dia yang sejak awal ku idam-idam kan. Namun, kini ia seakan-akan adalah pengawas saat aku ujian nasional SMP tahun lalu, bahkan mungkin melebihi pengawas-pengawas yang ditakuti oleh para siswa itu. Sudah ku katakan padanya, bahwa bukan seperti ini yang aku inginkan. Pertemananku mulai terbatas, hari-hari ku pun dilalui dengan kewaspadaan, entah siapa teman sekelasku yang diajaknya bekerja sama untuk mengintai hariku dimanapun. Aku membencinya !
-------
Bulan keempat, Mei
Setiap bulan semua seakan semakin sulit saja, entah mengapa ia berubah menjadi pribadi yang menyebalkan. Yang tak bisa ku tahu apa maksud dari perubahannya ini. Aku semakin tidak suka, semakin riuh, ingin saja ku beri ia sebuah rekaman video yang menjabarkan bagaimana sikapnya kepadaku belakangan ini.
Namun, ketika aku mulai resah dan dengan terpaksa menceritakan semua resahku padanya. Tanpa kuduga ternyata ia mengerti apa mauku. Ia membacanya dengan baik, belaian maafnya menyentuh lembut jilbab putih yang masih ku kenakan dengan rapi. Hatiku tenang.
-------
Bulan kelima, Juni
Bulan ini penuh dengan kejutan, kami saling mengenal satu sama lain. Melalui watak yang berbeda kami bisa saling menerima dan menyaring keslahan apa saja yang harus dikubur dalam-dalam. Bukan hanya ia, juga keluarganya, ibunya menerima hadirnya aku dengan ramah tamahnya. Semua berjalan baik sampai akhirnya... Perjalanan kami harus tersendat karena satu problema besar yang tidak bisa lagi disebut masalah kecil. Ini menggoyahkan semua yang telah bersama kami lalui. Ini pilihan yang sangat sulit. Linangan air mata tanpa ada hentinya membasahi pipiku yang kala itu sengaja tidak kulapisi dengan bedak putih yang baru-baru ini ku coba tuk kenakan. Aku sudah pupus dan lemah, rasanya pun aku sudah tidak bisa berjalan lagi. Lalu dalam diam dan sedihku, ia menggenggam hangat tanganku yang dibasahi air mata. Ia mencoba meyakinkan aku bahwa ini semua akan berakhir. Ini akan berjalan sebagaimana yang kita inginkan. Dengan pelan tangan kanannya menghapus jejak-jejak air mata dipelupuk mataku. Teduh pandang matanya membuat aku harus bangkit dan tegar. Hingga matahari sudah terkantuk-kantuk di ufuk barat, kita masih berdua dalam linangan senja. Meski tak bisa ku hentikan derasnya air mata yang membuat pedih mataku, namun hatiku merasa tenang, kau yang membuat aku bangkit lagi, tersenyum dalam tumpukan kelam masalah yang harus kami hadapi. "Jangan pernah takut, aku gaakan ninggalin kamu.", kalimat itu terngiang hingga akhirnya aku harus mengakhiri pertemuan itu karena desakan waktu.*
-------
Tahun berikutnya...
-------
Akhir hayat...
-------
Dihadapan Tuhan menikmati surga.

***

Senin, 23 Juni 2014

Langkah Yang Abadi

Oleh: Agnes y.p

Diawali langkah awal menata tatanan hidup
Jejak yang masih basah berkelip
Hawanya pun kerap tegap
Semerbaknya tak hilang dilahap
Bahkan hidup dalam gelap
Disini sejoli insan Tuhan saling bertatap
Mengintai masa yang akan diharap

Melangkah terus dengan hasrat percaya
Semoga Tuhan mengiringi kita bak cahaya
Kurangkul pedih kau pikul duka
Bernyanyi dalam suka
Berhimpun dalam seribu problema
Teratur bagai alun dalam irama

Sudah selarut di purnama lalu
Namun irama tak letih bersemarak merdu
Aku melangkah dibelakangmu dengan sendu
Tapi kekuatan itu mengokohkan raguku
Menyuntikkan secercah harapan baru
Yang kusimpan ditengah haru biru

Dan akhirnya
Ketika cinta yang menggugurkan ku
Menaruh kelabu pahit dalam langkah lama
Membuat pikiranku berlayar jauh ke belakang
Dunia merah muda berbalik mengekang
Meniupkan musim pedih yang abadi

Rasaku fani sudah
Remuk dan tertatih aku melangkah
Hingga kemudian mataku menyaksikan artinya indah
Melihat genggam ini tak kunjung rapuh
Namun kuat nan teguh
Aku kembali perkasa dan sembuh

Bisik rendah nan menguatkan
Mengukir satu nama tuk kemudian
Biar dunia mengkhianati raga
Namun janji yang suci tetap abadi 
Kisah ini langkah satu untuk kita
Puisi ini kekuatan satu untuk langkah kita hingga nanti

Jumat, 20 Juni 2014

Labirin

Oleh: Agnes y.p
Di pagi itu lelah membungkam kata 
Pesan ini seperti rindu gelap
Masih berbekas ditelingaku abjad vokal di awal pesan itu
Entah darimana datangnya ia
Aku menggerutu meronta marah
Permainan ini menghasut rencana indahku
Menggaduhkan ruang renungku
Menghabisi tiang keteguhanku

Kembali ku kejar amarah itu
Rintihan ilalang menghalangi kejarku
Raja siang yang masih berkuasa membangkitkan peluhku
Kubiarkan berisiknya dunia berlalu
Tiada yang bisa mengalahkan kuatnya tuju
Meski ku tahu saat ini angin tengah membodohiku
Ia menyayat hingga epidermis bawah poriku
Bersimbah darah pun aku takkan tertipu

Perempatan kosong hampa tanpa materi
Siapa yang menyembunyikannya dalam misteri?
Ku mohon tuk buat aku mengerti
Tuk kali ini... di tempat ini...
Ku kokohkan ingatanku pada mentari
Mungkin barat daya diujung kiri
Berlari tertatih aku tak henti
Tidak! Tiada sesiapa disini
Aku akan lenyap dalam sesat! ya! habis dilahap bumi