Sabtu, 21 April 2012

Cerpen II

PETUALANGAN  EREN
    
 Namaku Eren, aku berumur 15 tahun. Aku tinggal di daerah pesisir pantai, tak jarang aku pergi tanpa izin orang tuaku untuk pergi berenang di laut lepas. Hari ini adalah hari yang membosankan bagiku, di rumahku sepi, bapak dan ibu pergi, kakakku bekerja di luar kota untuk pertama kalinya, akhirnya aku memutuskan untuk keluar. Aku mulai menelusuri gemburnya pasir pantai, ingin menjemput teman-teman, untuk bermain bersamaku. Aku bermain di tepian pantai .Aku berenang bersama teman-temanku, aku sangat suka berenang, jadi aku tinggalkan mereka di tepian, lalu aku berenang di laut, tanpa sadar, aku berenang hingga lautan dalam, aku mencoba kembali ke tepian, namun badanku berat, serasa tertarik beban batu. Aku tenggelam di laut, aku berteriak, namun teman-temanku tidak ada yang menyahut satu pun, aku menyelam, hingga ke dasar, dan anehnya, aku bisa menahan nafas berlama-lama di dasar laut. Ku lihat banyak ikan dan terumbu karang yang cantik(seperti aku, hehe). Aku kagum, hingga ku menabrak sebuah bangkai kapal. Dan ku temui seorang putri duyung cantik sekali.“Siapa kau!, pergi !” Ia berbicara kepadaku, sambil menangis
“Ak.. aku..  er..”.Jawabku ragu
“Pergiiii !!!!”. Teriaknya
Aku takut, lalu aku pergi, aneh sekali, aku di laut tetapi seperti aku berada di daratan, aku bisa bicara, bernafas, berjalan. Duyung berekor hijau itu terlihat sedang sedih, dan mungkin ia agak agresif. Aku juga kaget bertemu dengannya, di zaman seperti ini, mana ada, putri duyung. Tapi bapak pernah bilang kepada ku, konon, putri duyung itu pernah ada. Aku sih percaya aja, apa yang di katakan si bapak, karena, bapak itu kan seorang ilmuan, yang pintar sekali.
      Aku bingung dengan dunia laut, ikan di sini besar-besar, dan ada yang menyapa ku.  Aku hanya kaget dan bingung, tapi ku jawab saja sapaan ikan-ikan itu. Aku benar-benar seperti orang bodoh. Aku tak tahu apa sebenarnya yang terjadi padaku. Tiba-tiba ada segerombolan duyung yang kelihatannya sedang bingung, dan salah satu dari mereka bertanya kepadaku.
“Hai kau manusia?, apakah kau jelmaan dari Ratu Goyo-goyo ?”. tanya salah satu duyung.
“Ratu Goyo-goyo ? siapa itu ? aku tidak pernah mengenalinya”. Jawab ku.
“Ratu Goyo adalah ratu jahat yang ingin menculik putri kerajaan, karena menginginkan rambut sang putri yang sangat indah”.
“Berarti ratu Goyo-goyo jahat?, tenang lah, aku tidak akan berpihak pada orang yang jahat, mungkin aku di pihak kalian”. Jawabku
Segerombolan duyung itu lalu pergi, dan aku mengikuti mereka, mereka berteriak sambil  mencari-cari putri duyung tersebut. Mereka bergerombol memasuki suatu istana di lautan itu.
     Aku teringat pada duyung yang aku jumpai di antara bangkai-bangkai kapal. Aku pun menceritakan kejadian itu kepada para duyung. 
"Baiklah, kita akan mencarinya di sana, mudah-mudahan putriku masih disana. Ayo cepat!". Kata Raja duyung. 
Oh, sungguh sangat membingungkan, apa sebenarnya yang terjadi. Setelah sekian lama berenang, akhirnya kami sampai di bangkai kapal yang kutemukan tadi.
"Tunggu, biarlah aku yang terlebih dahulu memeriksa", kata Sang Raja duyung. Tak lama kemudian terdengar suara sang raja. Betapa terkejutnya aku melihat putri duyung berekor hijau tadi botak, tidak ada seutas rambut pun yang tersisa.
"Putriku..... Oh tidak, putriku...", sang raja menangis sambil menempatkan putrinya di pahanya.
"Raja, sebaiknya kita bawa putri ke istana, dan kita rawat hingga ia sadar", bujuk seorang pengawal.
Akhirnya raja pun mengangguk setuju dan menggendong putrinya yang lemas terkulai itu.
     Sesampainya kami di istana, raja langsung membawa putrinya ke lantai atas istana, aku hanya duduk terdiam di sebuah kursi cantik yang kelihatannya berbahan terumbu karang. disampingku ada seorang duyung seumuran ku, ekornya yang indah mengalaskannya untuk duduk. Dia memperhatikan ku dan mulai berbicara denganku.
"Kau manusia?",tanya duyung itu.
"Ya, aku manusia".
"Bagaimana bisa kau sampai di sini?", tanyanya heran.
"Aku hanyut dan akhirnya sampai disini", jawabku singkat.
"O", demi apapun, jawabnya itu terlalu membuatku malas, dan geram, jadi aku tinggalkan saja dia.
      Tak lama kemudian, datang sosok perempuan berambut indah yang kelihatannya adalah Ratu Goyo-goyo.
"Hua.. hahahaha. Rambut putrimu tlah kuambil Raja Lolo, akhirnya, hua.. hahahaha", katanya sambil tertawa.
"Dasar kau wanita keji, kau apakan anakku".
"Hua.. hahahaha. Hanya ku botakkan kepalanya dan kuambil rambut indahnya hehehe", jawab perempuan itu. Tanpa basa-basi lagi, Raja langsung menyuruh pasukannya untuk menyerang Ratu Goyo-goyo itu. Terjadilah perang satu lawan seratus. Akhirnya Ratu Goyo-goyo pun tewas.
"Terkutuk lah kau Goyo-goyoooo...", teriak raja. Raja kemudian naik ke lantai atas, aku diajaknya untuk menemui sang putri. Kemudian sang putri terbangun, 
"Ayahhh... rambutkuu.. hu..hu..hu", memeluk ayahnya sambil menangis.
"Tenang putriku, dia telah tewas, tak lama lagi rambutmu akan tumbuh dan cantik", kata raja menenangkan sang putri.
"Aku ingin rambut yah, aku ingin.. hu.. hu..hu", tangis sang putri.
"Baiklah akan ayah ambil rumput laut hijau alami sebagai pengganti rambutmu". Sang putri pun setuju, dengan usulan ayahnya itu. Dan akhirnya ia pun memakai rambut palsu dari rumput laut hijau alami.
     Lalu, aku mendengar suara.
"Eren, bangunlah nak", kata seorang perempuan yang kelihatannya ibu. Lalu aku mulai mengucek mataku dan bangun dari kursi panjang, ternyata aku di pinggir pantai.
"Loh, ini darat ya? kok aku..".
"Kamu ini, kenapa sih, kok bisa hanyut, untung saja ada Pak Ijem yang nolongin kamu",kata Nizal temanku.
"Berarti aku, hihihi", jawabku, sembari teratawa.
"Nak, kamu kenapa tertawa?, ibu khawatir mendengar mu tenggelam.", kata ibu terheran.
"Tidak apa-apa kok bu. Sebaiknya kita pulang yuk bu, aku sudah kedinginan". jawabku.
Lalu aku pun pulang bersama ibuku, hahaha ternyata yang tadi hanya mimpi, syukurlah.