Senin, 31 Desember 2012

Sesalku

Oleh: Agnes Yolanda .P

Saat tangis mendera petangku
Saat luka membalut hati kecil pilu
Dan asa tak lagi mampu melaju
Engkau hadir membawa balutan peluk hangatmu
Siap terduduk dan menompang sendu anakmu
Hilanglah sudah pilu 
Pergilah sudah sendu
Kau penerangku ibu...

Namun ibu...
Ampuni kasih anakmu yang terlampau kecil
Mungkin hanya setetes air dalam lautan
Bahkan sebutir debu di hamparan gurun
Maafkan anakmu ibu.. 
Maafkanlah...
Maafkan aku yang tak mampu membalas peluk hangatmu dulu
Bahkan tak sanggup mencium keningmu ibu

Oh Tuhan...
Andaikan aku dapat bicara dengan waktuMu
Maka kan kupintanya untuk mundur 
Agar dapat kueratkan kasihku pada ibu yang amat kendur
Akan ku peluk ibu, akan ku cium ibu 
Layaknya dulu ia mencintaiku dalam gendongannya
Namun waktu hanya diam
Menatapku menangis dalam kebisuan hidupnya
 

Kamis, 27 Desember 2012

Jasa Muliamu

Oleh: Agnes y.p

Saat mentari mengintip dibalik cakrawala
Dan embun pun belum bergegas pergi
Tampak wajahmu tlah berseri merona
Memecah damainya sunyi
Membangunkan para bidadari bunga
Hingga nyanyian nuri yang siap menemani

                  Perlahan kau kayuh sepeda tuamu
                  Berbunyi ngilu tanda tak lagi muda
                  Berbekal rimbunnya ilmu
                  Kau siap membimbing tercapainya cita
                  Tak pernah jemu
                  Pantang putus asa

Disini kau berpijak
Bangunan tua yang berjasa
Meski hujan menerobos masuk
Meski angin berlari masuk tanpa pamit
Kau tak gubris mereka
Yang kau ingin hanyalah kemahiran ilmu kami

                 Sungguh  dermawan wahai engkau pahlawan kami
                 Sungguh besar impian muliamu untuk kami
                 Wahai ibu bapak guru tercinta
                 Jasamu yang setinggi Menara Canton
                 Takkan pernah ku hapus
                 Akan slalu terngiang dan terukir dalam hidupku          

                  
                       
                       



Sabtu, 24 November 2012

Tekad Pemuda



Oleh: Agnes y.p
Kokoh berdiri
Tegas berduri
Pemuda naungan bangsa
 Berkobar semangat di bawah angkasa
Merajut asa tak kenal ringkih
Jiwa bertarung tanpa merintih

Atas nama bangsa tercinta
Atas nama ibu dan ayah
Kita tentang lautan badai 
Yang menghadang cita dan impian
Layarkan niat dayungkan tekad
Sebrangi badai dengan semangat

Ayo berkobar
Ayo berkibar
Kita pemuda harapan bangsa
Pelopor muda harumkan bangsa
Meraih segala impian bangsa
Dengan segenap tekad dan tenaga

Wahai pemuda pemudi
Warisan leluhur bangsa
Pujaan negeri pusaka
Tetaplah berkobar abadi
Tetap bersatu padu
Dan indah bak bianglala

Tajam bagai pedang
Kuat bagai perisai
Wahai kaum muda
Bingkiskan para bintang sirius
Curi dan tangkap sinar rembulan
Sebagai teman malam negeri pusaka

Terus, terus dan terus
Bertekad sedalam samudra
Menentang ribuan arus
Semangat sepanas surya
Membantai perombak bangsa
Untuk hari ini, esok dan seterusnya

Melangkah dengan tekad
Maju dengan sejuta keberanian
Merangkul bangsa merdeka 
Menuju impian penuh cahaya
Senyuman kaum senja membingkai bangsa
Menghargai pemuda serta tekadnya

Kami pemuda tlah bersumpah
Kami pemuda tlah berjanji
Menjadi emas simpanan bangsa
Kuat bersatu pantang bercerai
Suci niatnya
Berani tekadnya
Kami pemuda merah putih

Berjuanglah wahai pemuda
Berkobarlah
Lenyap dan musnahkan ketakutan
Bimbing bangsa kita
Dengan tekad keberanian
Lindungi bangsa kita.. 
Cintai bangsa kita
Bangsa merah putih .. Indonesia

                   

Minggu, 29 Juli 2012

Wanita berlianku


Oleh: Agnes yolanda putri

Kau cahaya binar malam
Yang terindah tak akan kusam
Kau pelita di dalam hati
Yang beralun hapuskan sunyi
Tak letih berpeluh ria
Tak rintih berselimut duka
                     
                        Untukmu wanita terhebatku
                        Akan ku bingkiskan tarian bintang
                        Kan ku tangkap senyum rembulan
                        Untukmu wanita tersayangku
                        Kan ku gulung awan yang terbentang
                        Dan ku ukir namamu wahai wanita berlian

Kasihmu tak terujung
Cintamu tak bertepi
Badai rela kau tantang 
Dan tak ciut menyelam lautan berapi
Demi aku yang terlampau sering meremehkanmu
Demi aku yang tak pernah sadar akan cintamu

                         Ibu...
                         Kau ratu kerajaan kecilku
                         Kau ratu singgahsanaku
                         Dan kau ratu dari rajaku
                         Everythings can't replace your love, mom
                         I love you, i love you, i love you so much

Kamis, 07 Juni 2012

Ayahku Pahlawanku


Oleh: Agnes yolanda putri

Sang raja masih berjaga di kuasa siangnya
Dedaunan terbakar karena amuknya
Gersangnya pasir menambah suasana riuh dalam kerajaannya
Menanam panas dan mengubur basah sedalam-dalamnya
Ikan bergemuruh memeluk dampak amuk raja siangnya
Semakin dan semakin terasa

Sisi lain... tak henti kau tarik jaring tua mu
Yang bahkan akan binasa di terjang kemumu
Meski ombak merombak perahumu
Tak goyahkan semangat hatimu untuk aku anakmu
Peluh dan keluh tak kau hiraukan
Yang kau tahu segenggam beras untuk keluargamu
Untuk aku anakmu
Ayah.. Ayah.. Ayah
Pemimpinku... Pahlawanku

Bagimu ...
Tiada hari berharga tanpa senyumku 
Tanpa peluk hangat ibu 
Dan tawa kecil anak bungsu mu

Terima kasih pahlawanku
Rasa haru tak terlukiskan
Meski kau hanya penarik jaring tua di tengah lautan
Kau tetap ayahku 
Pemimpin rumah kecilku
Untuk hari ini, esok dan selamanya

Sabtu, 19 Mei 2012

Cerpen


Catatan Harian Zizi

     Bintang bersinar terang malam ini. Membuat mataku terpaku bisu melihatnya. Namaku Azzira, biasa dipanggil Zizi, aku duduk di bangku kelas dua SMP. Sudah sejak kelas satu SMP, aku memakai kacamata, karena kata papaku, aku terlalu sering membaca sambil berbaring, maka dari itu, mataku harus memakai kacamata ini. Aku suka sekali melihat bintang, dan aku mengaguminya. Aku sangat ingin menjadi bintang di angkasa, bebas dan tidak pernah sendiri. Aku juga senang menulis, apalagi menulis buku harian, itu hal yang sangat aku sukai. Tiada hari tanpa menulis buku harianku. Buku harianku itu seperti sahabatku yang baku, menerima keluh kesahku tanpa merasa muak dengan semua masalah yang aku tumpahkan kepadanya.
     Seperti pagi biasanya, pagi ini aku berangkat sekolah pukul 06.45, aku tak ingin sampai disana dengan terlambat. Sesampainya aku disekolah, aku telah disambut senyum oleh sahabat baikku, Vio, dia adalah satu, dari empat sahabatku yang berkumpul dalam satu nama perkumpulan, ya seperti genk gitulah, nama perkumpulan kami, VIZIA yaitu Vio,Zizi,Iga dan Asfa. Kami memperingati hari jadi VIZIA setiap  tanggal 12 Januari.
“Zi, duduk yuk”, ajak Vio.
“Iya Vi, sebentar ya, aku taruh tas dulu, berat nih”, jawabku sembari masuk ke dalam kelas. Setelah aku menaruh ransel cokelatku yang besar itu ke dalam kelas, aku keluar dan merangkul Vio menuju bangku di depan kelas Vio. Aku dan Vio berbeda kelas, semenjak kami dekat dari kelas satu SMP. Seperti biasanya, aku dan Vio berbincang asyik, padahal, masih pagi dan sekolah masih sesepi kuburan.
“Vi, aku sedikit resah dengan Risa, dia agak sok ngatur ke aku, aku seperti robot saja, baginya”, ceritaku.
“Oh, iya, aku bingung juga sih”jawab Vio singkat saja. Aku hanya menggehem saja. Tak biasanya Vio memberikan respon sesingkat itu, tapi yasudahlah, yang penting aku sudah bercerita dan hatiku lumayan lega.
     Bel berbunyi, tanda aku dan Vio harus menghentikan perbincangan kami, dan masuk ke kelas masing-masing, sungguh hal yang menyebalkan. Tapi aku masih sekelas dengan anggota VIZIA lainnya, yaitu Asfa, dia sangat baik, ramah, pintar, dan juga cantik. Mamanya sangat dekat dengan mamaku karena memiliki satu bidang pekerjaan yang sama. Asfa sangat baik kepadaku, waktu ada perkemahan hari kartini, dia setia menemaniku, karena kami tidak punya teman yang dekat lainnya sih, hehe.
     Tanpa terasa, bel pulang sudah dibunyikan, bapak dan ibu guru memulangkan kami tanpa istirahat karena mereka akan mengadakan rapat khusus. Ira sahabat baikku telah menungguku di bangku teras kelasku, kelasnya lebih dulu keluar karena mengadakan ulangan matematika.
“Zi, tadi aku capek banget, udahlah piket, bekal airku tumpah, hingga aku harus mengepelnya dengan hati-hati, huh, melelahkan”, keluh Ira kepadaku.
“Ira, Ira ada-ada saja, kenapa juga, airnya tumpah?”.
“Habisnya aku…”. Sebelum Ira sempat menjawab pertanyaanku, Risa datang bersama kakak nya Alex, dan menatapku sinis.
“Zi, kalau kamu mau ngomong tentang aku, jangan dibelakang, aku gak suka”, katanya cetus.
“Aaa…aku tidak”.
“Sudahlah, pokoknya kalau kamu mau ngedumel aku, ngomong aja langsung, gak usah pakai dua muka”, kesal Risa.
Aku hanya melihatnya hingga akhirnya ia dan Alex kakaknya pergi. Ira yang melihatku dimarahi hanya diam tak bisa berbuat apa-apa, lalu mamanya Ira menjemput dan Ira berpamit padaku untuk pulang dengan berat hati. Tak lama kemudian datang Asfa dan Vio. Aku tak bisa menahan air mata, lalu aku menangis. Dan mereka bertanya padaku.
“Kenapa Zi?, kenapa nangis?”, tanya Vio
“Ta,,tadi Ri,,ri,,sa memarahiku, a,,aku gak tau kenapa”, kataku sambil tersedu. Vio dan Asfa memelukku dan menenangkan aku. Hingga akhirnya aku dijemput supir pribadi ayahku.
    Setibanya aku dirumah, aku langsung menuju lantai atas, dimana kamarku berada. Aku langsung menggapai sahabat terbaikku, diary, dan aku menulisnya
Sabtu,23 Maret 2011
     Diary, hari ini aku lagi sedih, hatiku terasa di tusuk beribu pisau yang baru saja diasah, Risa temanku yang sangat populer disekolah memarahiku tanpa alasan, katanya aku ngomong belakang sama dia, tapi apa ya?. Aku bingung diary. Kamu taukan kalau aku itu kurang suka sama Risa, dari awal tuh aku juga udah males temenan sama dia, tapi, waktu berkata lain, seiring berjalan, aku dan Risa adalah teman, ya walaupun tak sedekat aku dan Ira, juga aku dan VIZIA. Semoga saja, Risa bakal maafin aku, kalaupun aku salah. Lantas, bisa tahu dari mana dia, kalau aku ngomong belakang. Tapi, yasudalah, semuanya udah terjadi. Sampai di sini lagi diary, sudah jam les ku sekarang, daah. :*
     Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat menuju rumah seorang guruku yang sangat baik, untuk pelajaran tambahan fisika. Setibanya aku di rumah guruku, aku masih sedih, mataku bengkak karena nangis melulu di rumah tadi, untung saja mama dan papaku sedang tidak dirumah. Aku juga masih penasaran, siapa orang yang tega kepadaku untuk mengatakan semuanya ke Risa, berlebih atau tidak, mana ku tahu. Dan aku berinisiatif untuk menanyakan ke Vio siapa yang mengatakan semua itu. Ya, selagi jam les belum dimulai, semua masih sibuk berbincang di dalam rumah Bu Sita. Aku, Vio dan Asfa duduk di sebuah ayunan kecil tua yang berbunyi ngit ngit,mungkin karena sudah karatan.
“Vi, kira-kira siapa ya, yang mengatakan ke Risa?”, tanyaku sembai mengayunkan badan.
“Aku dan Asfa, soalnya kamu sendiri kan yang bilang tadi pagi?”, jawaban Vio menusuk hatiku, aku tak tahan, lalu aku pergi dari mereka dan menangis di samping sudut rumah Bu Sita. Aku sebenarnya malu, menangis begitu, tapi, mau apalagi. Vio dan Asfa tidak mengejarku, mereka hanya duduk di ayunan dan terdiam. Untung saja, Bu Sita mengatakan bahwa les diundur minggu depan, karena mendadak anaknya sakit dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Karena rumahku dan Bu Sita masih satu komplek, aku berlari secepat mungkin sampai rumah, karena aku sudah tak tahan atas semua yang aku alami. Setibanya aku di rumah, aku langsung menuju kamar dan menutup pintu dengan keras, hingga supir pribadi ayahku mendengar suara itu. Aku menangis dan terus menangis. Mungkin karena sudah kelelahan, aku tertidur pulas di kasurku hingga pagi.
     Pagi Minggu telah tiba, namun aku tak kunjung mandi walau aku sudah bangun, badanku rasanya lemas, mataku perih dan hatiku sakit. Melihat sifat sahabat-sahabatku yang mulai berubah itu. Tak sanggup rasanya melihat wajah mereka esok pagi. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka yang menyadarkan ku dari tangisan pagi ini, ternyata itu papaku.
“Zi, ayo mandi, kita pergi jalan yuk, ke pantai saja, sebentar kok, cepat ya, papa tunggu di bawah”, kata papa.
“Iya pa, sebentar lagi, hoaamm”, jawabku sambil menguap.
     Karena permintaan papa itu, aku pun mandi, dan berjalan-jalan bersama keluargaku, tak lupa aku membawa diary kesayanganku itu. Tiba aku di pantai, aku tak langsung ganti pakaian dan berenang, aku tak bergairah Minggu ini, muka ku lesu saja. Jadi, aku putuskan untuk berbincang sejenak dengan diary ku.
Minggu,24 Maret 2011
     Diary ku, sahabatku. Hari ini aku tak bergairah untuk liburan, masalah yang menimpaku semalam sudah membuat aku terpuruk hingga sekarang. Hanya Ira dan kau saja yang mengerti perasaanku, aku bingung kepada mereka, mereka mengkhianatiku diary, mereka tega membiarkan aku menangis tersedu karena mereka. Aku tak menyangka, kenangan indah bersama mereka terhapus hujan sehari. Hanya dengan hitungan detik,masalah ini mampu membuang semua kenangan manis itu. Waktu makan ice bareng di taman, hingga celemotan dan tertawa tak henti. Hah,rasanya singkat ya diary, tragis juga sih menurutku, tapi ya yang membuatku semakin sakit adalah, mereka tak ingin bicara denganku, yang menurutku itu adalah kesalahan mereka. Aku juga salah sih, ya sedikit la. Diary ku, udah dulu ya, mama udah manggil aku tuh dari tadi,  nanti aku dikira anak durhaka lagi kalau gak nyaut. Bye. :*
     Selagi asyik curhat sama diary, mamaku manggil, karena aku duduk menyendiri, agak jauh dari rombongan keluargaku. Ternyata ada Ira, dia datang, ya sudah aku juga cerita semuanya ke dia.
“Eh Ira, sini donk, aku mau curhat”,ajak ku.
“Zizi, iya Zi”, jawabnya sambil jalan kearah ku.
“Zi ternyata yang bilang ke Risa, itu Vio dan Asfa”, kataku sambil mulai meneteskan air mata.
“Astaghfirullah, Zi, serius kamu?, ga mungkin mereka Zi, mereka kan teman baikmu”.
“Iya ra, kalau kamu gak percaya, tanya ke.. ke mereka ra”, kataku sambil tersedu, mulai menahan air mata.
“Sudah lah Zi, sahabat seperti mereka harus ku beri pelajaran”, jawab Ira sambil memeluk dan mengelus punggung ku. Aku tersenyum, dan nyaman sekali bersama Ira, aku senang Ira mengerti perasaanku saat ini. Lalu kami bermain air di tepian pantai. Akhirnya hilang juga kegalauan ku akan sahabat-sahabatku itu,.
     Akhirnya pagi datang, pagi yang meresahkan pikiranku, karena aku harus mempertahankan kesejukan hatiku saat ini dari Vio dan Asfa. Ayolah Azzira, kamu bisa, jangan hiraukan mereka, jangan Zi, jangan. Biasanya pagi-pagi begini, ada Vio yang menyambut ku dan siap dengan ceritaku, tapi kini, Vio hilang dari hidupku, dan harus ku hapus. Lalu datang Iga dan duduk di sampingku.
“Zi, apa benar kamu tidak tegur sapa ke Vio dan Asfa?”, tanyanya dengan nadahampir meninggi.
“Ti…tidak kok ga, masih seperti biasa kok”, jawabku hampir banyak terbata-bata.
“Zi, aku ingin kejujuran, sudahlah, aku sudah tahu semuanya. Sekarang yang benar-benar maksud ku untuk duduk di samping mu aku ingin bertanya padamu, jika kamu tak lagi menganggap Asfa dan Vio sahabatmu, apakah kamu ingin ngancurin VIZIA yang udah setahun sama-sama?, apa kamu mau  kita hancur?, mau kamu Zi?”, kata Iga dengan mata yang berkaca-kaca.
“Tidak, tidak, tidak Ga, bukan maksudku untuk menghancurkahn VIZIA yang slalu tersenyum menyambut pagi dan meninabobokan mentari senja. Aku tidak bermaksud Ga, maafkan aku”, jawabku dengan sedikit tangis.
Iga meninggalkanku yang terduduk menangis sendiri di kursi tua depan kelasku. Sungguh aku sedih Iga mengatakan aku akan menghancurkan VIZIA. Sangat dan sangat sedih.
     Sudah dua minggu berlalu tanpa sedikitpun ucapan terlontar diantara aku, Asfa dan Vio. Kalau Iga sih, masih biasa denganku, kami masih bertegur sapa. Dan tak terasa jua, esok adalah hari ulang tahun Iga. Rencana nya, sore ini, aku ingin membeli hadiah untuknya. Karena dia pernah mengatakan ingin foto VIZIA di cetak, akhirnya aku memutuskan untuk membeli bingkai dan memasang foto VIZIA. Untukku berikan padanya. Selagi aku membungkus hadiah itu, papa memanggilku untuk bicara dengannya di ruang keluarga.
“Zi, papa akan bertugas di Bekasi, jadi kita sekeluarga akan pindah ke sana”, kata papa.
“Tapi pa, Zizi harus menyelesaikan beberapa tugas dan…”
“Sudah papa urus Zi, besok pagi barang-barang akan diangkut dan kita akan pergi”. Kata-kata ayah itu membuatku semakin menangis, aku sedih harus meninggalkan Ira, dan Iga. Belum sempat lagi aku kasih hadiah ke Iga. Akhirnya aku memutuskan untuk menelpon Ira untuk datang kerumahku dan menitipkan hadiah dariku untuk Iga, tak lupa sepucuk surat putih aku selipkan di hadiah itu.
“Ra, aku akan pergi, mungkin takkan ke sini lagi, ayahku tugas ke Bekasi, maafakn aku ya Ra, aku tak bermaksud meninggalkanmu, dan yang lainnya di sini”, kataku menahan tangis.
“Iya Zi, aku faham kok, aku janji bakal selalu ngasih kabar ke kamu”, kata Ira menangis sambil memeluk ku erat, seakan tak ingin aku pergi darinya. Sahabatku yang satu ini emang sangat sayang padaku, seperti aku juga yang menyayanginya. Setelah Ira pulang, aku berbincang lagi dengan diaryku.
Senin,8 Mei 2011
     Diary, besok aku akan pindah dari sini, tapi tenang saja, aku membawamu kok. Tapi, Ira tak bisa ku bawa seperti mu. Diary, aku sangat kecewa kepada  Vio dan Asfa, mereka tak melontarkan padaku kata maaf. Yang tahu aku akan pindah, hanya guru dan Ira saja, Iga sudah ku tuliskan surat pamitku bersama hadiah kecil yang kuberikan padanya. Aku pergi dengan sejuta kesedihan, aku takkan lagi melihat taman, di mana aku dan VIZIA bermain, sedih rasanya. Coba kamu jadi aku, diary, mungkin kamu udah gak niat lagi untuk sekolah. Huh, sangat tragis masalah ini. Ini adalah masalah terbesar dalam hidupku diary. Sudah ya, aku ingin kembali mengemas pakaian ku, daah diary. :*    
     Hari yang tak ingin ku jalani akhirnya tiba, aku harus meninggalkan semua kenangan ku di sini. Aku sudah mengirim SMS selamat ulang tahun ke Iga, mudah-mudahan Iga senang dengan hadiahku. Pagi ini hujan datang, bersama air mata yang terus mengalir memandang gambar bisu VIZIA. Sedih itu sudah pasti kurasakan di saat seperti ini.
     Di sekolah, Ira memberikan hadiahku kepada Iga dan menyampaikan salam ku untuk Iga.
“Ga, ini hadiah dari Zizi, dan ini dariku, Zizi menitipkannya kepadaku, karena hari ini dia tidak masuk sekolah, dia juga menitipkan salamnya padaku untukmu”, kata Ira.
“Makasih ya Ra, bilang ke Zizi juga ya, aku sayang kalian. Oh iya, kenapa Zizi gak masuk?”, kata Iga sambil tersenyum merona.
“Baca saja surat kecil itu, kamu akan tahu”, kata Ira. Dan Iga pun membaca suratku sambil terduduk di kursi taman sekolah bersama Vio dan Asfa, Ira meninggalkan mereka bertiga.
Untuk sahabatku tersayang, Siti Aliga,
     Happy birthday sahabatku, semoga panjang umur sehat selalu, dan selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT. Aku sangat senang di hari bahagiamu ini Ga, aku ingin kamu senang dengan hadiah kecil ku ini. Maaf ya, aku gak bisa ngasih langsung ke kamu, karena sebenarnya aku akan pindah bersama keluargaku ke Bekasi, kemungkinan, gak akan ke sini lagi Ga. Ga, aku mohon kamu jangan marah ya Ga, aku sayang VIZIA, aku tak ingin kita bubar, slalu contact aku ya, aku mau VIZIA terus ada sampai akhir zaman. Iga sahabatku, semoga pertengkaran aku, Asfa dan Vio tidak memancing emosi mu, dan menguras tenagamu untuk menyatukan kami, aku sudah cukup bahagia kok tanpa mereka. Aku sangat bersyukur dianugerahi sahabat seperti kalian. Tapi, masalah ini membuat aku harus pergi dan menenangkan hatiku. Terima kasih Iga, kamu sahabatku yang paaaling ku sayang. Aku juga tetap menunggu kata maaf dari Asfa dan Vio kok. Salam ya buat yang lain, selamat tinggal Ga.
                                                                                                               Sahabatmu
                                                                                                                   Azzira
     Selama di perjalanan, aku terus memeluk diary, dan menahan tangis di depan papa dan mama. Dalam hatiku slalu bertanya, gimana perasaan Iga saat ini?. Apakah ia sudah membaca suratku dan melihat hadiahku?. Handphone ku sengaja ku matikan, aku tak sanggup mendengaar suara sahabatku, yang menucapkan selamat tinggal dsb. Sampai saat ini aku masih sayang kalian Vio, Asfa, Iga, Ira dan diaryku.***




Rabu, 16 Mei 2012

Ini Untukmu

oleh: Agnes yolanda putri

Dulu...
Bibirku melengkungkan senyuman karenamu
Detik hidupku hanyalah bahagia bersamamu
Denyut nadiku berjalan lurus denganmu
Dan mataku takkan lewati hadir manismu

Kala siang menemani
Tak letih kau bayangi
Daku yang slalu tertatih pilu menempuh langit ini
Daku yang selalu menangis lelah menemani hidup sendiri
Sang raja siang pun tahu arti dikau untukku disini

Namun sekarang
Ribuan kenangan emas tlah kau buang
Senyumku tlah kau lipat di himpitan karang
Bahagiaku kau terbangkan bersama elang 
Yang membuatku semakin memalang

Oh tuhan...
Salahkah aku pada bulan?
Dosakah aku pada rerumputan?
Hingga sahabatku jadikan aku sebuah mainan
Hingga aku merasakan aku adalah bumi tak berhutan

Semoga kau pahami bulan yang berbahasa
Bintang yang redup nan bergelora
Rumput yang membisu melihat dunia
Dan aku yang lara menunggu surya
Slalu... slalu.. dan slalu berharap  hadirnya sahabatku dikala siang mendera

Sabtu, 21 April 2012

Cerpen II

PETUALANGAN  EREN
    
 Namaku Eren, aku berumur 15 tahun. Aku tinggal di daerah pesisir pantai, tak jarang aku pergi tanpa izin orang tuaku untuk pergi berenang di laut lepas. Hari ini adalah hari yang membosankan bagiku, di rumahku sepi, bapak dan ibu pergi, kakakku bekerja di luar kota untuk pertama kalinya, akhirnya aku memutuskan untuk keluar. Aku mulai menelusuri gemburnya pasir pantai, ingin menjemput teman-teman, untuk bermain bersamaku. Aku bermain di tepian pantai .Aku berenang bersama teman-temanku, aku sangat suka berenang, jadi aku tinggalkan mereka di tepian, lalu aku berenang di laut, tanpa sadar, aku berenang hingga lautan dalam, aku mencoba kembali ke tepian, namun badanku berat, serasa tertarik beban batu. Aku tenggelam di laut, aku berteriak, namun teman-temanku tidak ada yang menyahut satu pun, aku menyelam, hingga ke dasar, dan anehnya, aku bisa menahan nafas berlama-lama di dasar laut. Ku lihat banyak ikan dan terumbu karang yang cantik(seperti aku, hehe). Aku kagum, hingga ku menabrak sebuah bangkai kapal. Dan ku temui seorang putri duyung cantik sekali.“Siapa kau!, pergi !” Ia berbicara kepadaku, sambil menangis
“Ak.. aku..  er..”.Jawabku ragu
“Pergiiii !!!!”. Teriaknya
Aku takut, lalu aku pergi, aneh sekali, aku di laut tetapi seperti aku berada di daratan, aku bisa bicara, bernafas, berjalan. Duyung berekor hijau itu terlihat sedang sedih, dan mungkin ia agak agresif. Aku juga kaget bertemu dengannya, di zaman seperti ini, mana ada, putri duyung. Tapi bapak pernah bilang kepada ku, konon, putri duyung itu pernah ada. Aku sih percaya aja, apa yang di katakan si bapak, karena, bapak itu kan seorang ilmuan, yang pintar sekali.
      Aku bingung dengan dunia laut, ikan di sini besar-besar, dan ada yang menyapa ku.  Aku hanya kaget dan bingung, tapi ku jawab saja sapaan ikan-ikan itu. Aku benar-benar seperti orang bodoh. Aku tak tahu apa sebenarnya yang terjadi padaku. Tiba-tiba ada segerombolan duyung yang kelihatannya sedang bingung, dan salah satu dari mereka bertanya kepadaku.
“Hai kau manusia?, apakah kau jelmaan dari Ratu Goyo-goyo ?”. tanya salah satu duyung.
“Ratu Goyo-goyo ? siapa itu ? aku tidak pernah mengenalinya”. Jawab ku.
“Ratu Goyo adalah ratu jahat yang ingin menculik putri kerajaan, karena menginginkan rambut sang putri yang sangat indah”.
“Berarti ratu Goyo-goyo jahat?, tenang lah, aku tidak akan berpihak pada orang yang jahat, mungkin aku di pihak kalian”. Jawabku
Segerombolan duyung itu lalu pergi, dan aku mengikuti mereka, mereka berteriak sambil  mencari-cari putri duyung tersebut. Mereka bergerombol memasuki suatu istana di lautan itu.
     Aku teringat pada duyung yang aku jumpai di antara bangkai-bangkai kapal. Aku pun menceritakan kejadian itu kepada para duyung. 
"Baiklah, kita akan mencarinya di sana, mudah-mudahan putriku masih disana. Ayo cepat!". Kata Raja duyung. 
Oh, sungguh sangat membingungkan, apa sebenarnya yang terjadi. Setelah sekian lama berenang, akhirnya kami sampai di bangkai kapal yang kutemukan tadi.
"Tunggu, biarlah aku yang terlebih dahulu memeriksa", kata Sang Raja duyung. Tak lama kemudian terdengar suara sang raja. Betapa terkejutnya aku melihat putri duyung berekor hijau tadi botak, tidak ada seutas rambut pun yang tersisa.
"Putriku..... Oh tidak, putriku...", sang raja menangis sambil menempatkan putrinya di pahanya.
"Raja, sebaiknya kita bawa putri ke istana, dan kita rawat hingga ia sadar", bujuk seorang pengawal.
Akhirnya raja pun mengangguk setuju dan menggendong putrinya yang lemas terkulai itu.
     Sesampainya kami di istana, raja langsung membawa putrinya ke lantai atas istana, aku hanya duduk terdiam di sebuah kursi cantik yang kelihatannya berbahan terumbu karang. disampingku ada seorang duyung seumuran ku, ekornya yang indah mengalaskannya untuk duduk. Dia memperhatikan ku dan mulai berbicara denganku.
"Kau manusia?",tanya duyung itu.
"Ya, aku manusia".
"Bagaimana bisa kau sampai di sini?", tanyanya heran.
"Aku hanyut dan akhirnya sampai disini", jawabku singkat.
"O", demi apapun, jawabnya itu terlalu membuatku malas, dan geram, jadi aku tinggalkan saja dia.
      Tak lama kemudian, datang sosok perempuan berambut indah yang kelihatannya adalah Ratu Goyo-goyo.
"Hua.. hahahaha. Rambut putrimu tlah kuambil Raja Lolo, akhirnya, hua.. hahahaha", katanya sambil tertawa.
"Dasar kau wanita keji, kau apakan anakku".
"Hua.. hahahaha. Hanya ku botakkan kepalanya dan kuambil rambut indahnya hehehe", jawab perempuan itu. Tanpa basa-basi lagi, Raja langsung menyuruh pasukannya untuk menyerang Ratu Goyo-goyo itu. Terjadilah perang satu lawan seratus. Akhirnya Ratu Goyo-goyo pun tewas.
"Terkutuk lah kau Goyo-goyoooo...", teriak raja. Raja kemudian naik ke lantai atas, aku diajaknya untuk menemui sang putri. Kemudian sang putri terbangun, 
"Ayahhh... rambutkuu.. hu..hu..hu", memeluk ayahnya sambil menangis.
"Tenang putriku, dia telah tewas, tak lama lagi rambutmu akan tumbuh dan cantik", kata raja menenangkan sang putri.
"Aku ingin rambut yah, aku ingin.. hu.. hu..hu", tangis sang putri.
"Baiklah akan ayah ambil rumput laut hijau alami sebagai pengganti rambutmu". Sang putri pun setuju, dengan usulan ayahnya itu. Dan akhirnya ia pun memakai rambut palsu dari rumput laut hijau alami.
     Lalu, aku mendengar suara.
"Eren, bangunlah nak", kata seorang perempuan yang kelihatannya ibu. Lalu aku mulai mengucek mataku dan bangun dari kursi panjang, ternyata aku di pinggir pantai.
"Loh, ini darat ya? kok aku..".
"Kamu ini, kenapa sih, kok bisa hanyut, untung saja ada Pak Ijem yang nolongin kamu",kata Nizal temanku.
"Berarti aku, hihihi", jawabku, sembari teratawa.
"Nak, kamu kenapa tertawa?, ibu khawatir mendengar mu tenggelam.", kata ibu terheran.
"Tidak apa-apa kok bu. Sebaiknya kita pulang yuk bu, aku sudah kedinginan". jawabku.
Lalu aku pun pulang bersama ibuku, hahaha ternyata yang tadi hanya mimpi, syukurlah.



Jumat, 30 Maret 2012

Cerpen

PEMIMPIN

      Hari ini adalah hari yang aku nanti-nantikan, ya hari ini adalah pemilihan ketua dan wakil osis. Aku dan seorang teman perempuan ku Desi mendaftarkan diri sebagai calon ketua dan wakil osis. Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam visi misi kami, hanyalah sepengetahuan kami saja yang kami buat dalam visi misi kami. Namaku Lala, aku sangat senang mengikuti berbagai kegiatan disekolahku. Kali ini aku mendalami dunia OSIS.
    Setelah sekian lama mengikuti proses kegiatan pemilihan ini, akhirnya aku dan temanku Desi menang.

"Selamat Lala, kau terpilih sebagai ketua osis",ujar seorang kakak kelas dan juga panitia pemilihan ketua dan   wakil osis.
"Terima kasih kak", balasku sambil tersenyum lega.

      Bel sekolah berbunyi, saatnya aku dan teman-temanku untuk pulang, namun kebahagianku tak kunjung surut, sepanjang jalan pulang bersama sepeda kumuh ku dan juga teman-teman, aku bercerita tentang rencana-rencana ku mengharumkan nama sekolah.


"Pokoknya, aku akan ngadain pensi deh setiap sabtu sore, aku bakal ngadain penghijauan di sekolah",ucapku sembari tersenyum lalu tertawa.
"Bener yah. Awas loh sampai bohong, aku uda milih kamu la, jangan ngecewain aku ya", jawab Rifan
"Iya betul tuh, betul", sahut teman-teman yang di mulai dari Feni.
"Iya deh, mudah-mudahan", jawabku singkat.


     Sesampainya aku di rumah, aku menceritakan peristiwa hari ini kepada ayahku. Ternyata ayahku sangat senang mendengar ceritaku dan mendukungku untuk lebih keras lagi belajar sehingga bisa menyeimbangkan antara belajar dan kegiatan osis. Aku mengerti yang dimaksud ayahku, aku hanya sedikit mengubah cara belajarku agar aku tetap duduk pada rangking pertama dikelasku.


      Keesokan harinya, aku langsung mengumumkan kepada anggotaku yang lain untuk mengadakan beberapa pertemuan yang memebahas agenda-agenda selanjutnya. Tlah berbagai macam di rencanakan bersama Desi dan teman-teman yang lain. Aku sangat senang, aku bisa memilih siapa saja anggota-anggotaku sendiri, aku memiliki banyak teman setelah aku mengikuti kegiatan osis ini.


     Tapi, ini tidak berlangsung lama, semakin lama, aku semakin menenggelamkan organisasiku, aku bingung, gundah bercampur aduk semuanya. Semuanya marah padaku, kata mereka aku hanya mengubar janji, tapi tak pernah menepatinya. 


"Eh, ketos! mana janjinya? sukanya cuman ngubar janji dasar, jijik aku liatnya, cuihh!", ucap seorang kakak kelasku.
"Iya kak, aku minta maaf, belum bisa sekarang", jawabku sambil menahan air mata.


     Aku tak menyangka, akan begini jadinya, kalau tahu begini takkan aku masuk di kegiatan ini, takkan aku calonkan diri sebagai ketua osis. Tak ada yang membantuku menyelesaikan masalahku, Desi hanya bisa terdiam membisu, Rifan dan Feni mulai menjauhiku, dan teman-temanku mengucilkan ku. Tapi aku ingat, masih ada Bibil sahabatku, aku meminta pendapatnya tentang masalahku.

"Bil, aku harus gimana?aku merasa lari tanggung jawabku, tapi aku susah mau menuruti keinginan teman-teman, karena keterbatasan dana, dan kegiatan ku yang lain, yang masih padat", tanyaku sembari meneteskan airmata.

Bibil mengusap punggungku dan mulai menenangkanku.


"Tidakkah kau berfikir agar orang yang menggantikanmu?. Bukankah masih ada calon lain yang mayoritas suaranya setelahmu?, kau butuh ketenangan saat ini". Kata-kata itu menenangkanku. Hanyalah ucapan beribu terima kasih yang dapat aku sampaikan kepadanya.


     Sampai akhirnya Rifan lah yang menggantikan ku sebagai ketua osis, dan Alhamdulillah, sekolahku lebih bisa maju, dan dikenal banyak orang.***

Rabu, 28 Maret 2012

SASTRA

Suka kah anda dengan sastra? Mengapa jika iya dan mengapa jika tidak?

Kenangan Kecil

oleh: Agnes yolanda

Seringkali terjadi...
Kala sunyi sepi disini
Jeritan kasar dan hentakan kita
Yang memecah belah suasana
Lega hati kita
Bermain, belajar bahkan berduka bersama

Di sini, di kelas kita
Selalu saja peristiwa nakal mendatang 
Entah bagaimana ...
Harus ku lewati semua ini

Kini..
Kita tak bersama lagi teman
Dalam suasana hangat kelas
Sedih...
Jikalau mengingat kenangan kita harus berakhir sampai disini
Tapi percayalah teman..
Tetaplah maju 
Karena senyuman ayah ibu terus mengiringi
Bak pengganti hadirku dalam hidupmu

Sekolahku



Bagi saya SMP Negeri 11 Bintan ini adalah sekolah yang terhebat, saya telah belajar di sekolah itu sejak tahun 2010. SMP Negeri 11 telah banyak mengajari saya dalam berbagai bidang, di sini juga bakat saya dalam sastra diasah, sehingga saya semakin suka dalam bidang sastra. Sekolah saya ini, telah lama berdiri, yaitu sejak puluhan tahun yang lalu. Dengan segala keterbatasan yang ada, di tutupi dengan semangat kebersamaan dan gotong royong para siswa dan siswi nya. Peraturan-peraturan yang ada di sekolah ini sangat baik sehingga membuat saya berdisiplin tidak hanya di lingkungan sekolah saja melainkan di lingkungan masyarakat, keluarga dan lingkup-lingkup lainnya. Para alumni SMP Negeri 11 yang tlah lalu pun, menyekolahkan anak-anak mereka di sini. Sembari mendisiplinkan anak-anak mereka. I LOVE MY SCHOOL :)

SMPN 11


Puisi ku

oleh: Agnes yolanda

Aku termenung di lamunan siangku yang tak kujung usai
Disetiap helaian benang saraf ku menggema
Rasa terikat sungguh terasa
Dan suasana mendukungku untuk terlelap di lamunanku

Sang raja tersenyum dan mengintip di balik jendela mungilku
Angin bergelora riang gembira hari ini
Dan kulihat awan sungguh menikmati mentari hari ini
Terasa sungguh menyenangkan

Ku pandang kertas kosong tak bercoret
Semakin pudar tersapu hari
Perlahan ku mulai menggoreskan tinta-tinta ku 
Ku tuliskan isi hatiku hari ini

Bait demi bait ku tuliskan
Ku nikmati coret demi coretan
Meski tak seindah Amir Hamzah
Dan tak se sempurna Chairil Anwar
Namun inilah aku dan puisiku

Mama

oleh: Agnes yolanda

Kala ku menangis tersedu dan tak henti
Engkau yang pertama memanja memangku ku
Engkau yang tak letih berdiri tegak demi aku anakmu
Terasa nyaman aku pabila engkau slalu mendekap ku
Hangat kasihmu sehangat surya pagi

Ku lukiskan kita bak bulan bintang
Bulan bintang yang selalu bersama
Sejuta rasa terima kasih ku hadiahkan untukmu
Kan ku bingkiskan secangkir bintang untukmu mama

Hanya untukmu segala dariku
Terima kasih mama
Aku mohon jaga bintangku
Bintang bersinar ria tanda kasih anak mu